Cerpen1
Diposting oleh
Anisaambarwati25.blogspot.com
on Sabtu, 07 September 2013
Tak Seburuk yang Terbayangkan
Disuatu waktu
yang tak ternantikan. Minggu, 15 Januari 2012, tertuliskan sebuah kisah yang
selalu terkenang. Kisah yang tak kunjung terlupakan. Berjalan dengan tak
terbayangkan. Suatu masa yang menjadi akhir perjumpaan namun juga sebagai awal
perkenalan.
Sebuah rencana
perpisahan tertuliskan pada hari itu. Sebagai akhir perjumpaan suatu pertemanan
antara insan-insan yang tak lama lagi akan berlabu. Sebuah tempat outdoor indah
menjadi bukti lahirnya sebuah kisah baru pada waktu itu, antara aku dan sosok
yang selalu membenciku.
Aku adalah gadis
lugu yang baru duduk di kelas X bangku SMA. Tanisa Aliana Putri itulah namaku.
Sebuah nama yang telah dianugrahkan kepadaku. Diwaktu itu adalah akhir dari
kenaikan levelku. Tak banyak dari teman-temanku yang dapat bergabung bersamaku
kembali untuk menlanjutkan ke tingkat yang baru. Termasuk sosok itu, ia terpaksa
berhenti karena ia harus terfokuskan pada ujiannya yang akan berlangsung
beberapa bulan lagi. Dia adalah sosok yang selalu memandangku sebelah mata,
seolah olah aku tak pantas berada di sekitarnya. Namun waktu memberikan jawaban
yang berbeda untukku dan dirinya.
Hari itu tepat
pada pukul 13.30 aku bergegas dari rumahku untuk hadir di tempat itu. Sungguh
aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku. Bibirku tersenyum lebar saat menatap
wajah itu. Wajah yang selalu merendahkanku. Jantungku berdetak kencang ketika
ia menghampiriku. Senyuman indahnya ia lontarkan kepadaku.
Entah apa yang
terjadi padanya hingga ia bertingkah beda kepadaku. Dia sungguh berbeda dengan
sosok yang selalu memakiku. Hari itu ia tunjukkan kasih sayangnya padaku. Ia
membuatku merasa nyaman berada disisinya. Dan aku tak tahu apa yang terjadi
pada diriku. Jantungku berdetak kencang saat dia berada tepat disisiku.
Gemuruh petir
bersemarak pada hari itu. Ricikan air hujan memberikan nuansa romantis di
tempat itu. Aku duduk di sebuah meja dengan pancaran sebuah lilin dihadapanku
dengan dirinya. Hari itu teman temanku seolah olah ingin membuatku lebih dekat
dengannya. Mereka sengaja meninggalkanku berdua denganya di tempat sunyi dan
gelap itu. Sungguh aku gugup saat itu, ini adalah kali pertamaku.
Menit pertama
sungguh terasa sunyi. Tak ada satu lontaran kata yang terucap pada bibir kita
berdua. Aku benar-benar gugup dan detak jantungku tak pernah berhenti berdebar
kenjang. Tatapannya sungguh membekas dalam benakku.
Pada akhirnya ia
lontarkan suatu pertanyaan yang tak pernah terduga dihadapanku. Sungguh aku
bingung menjawab pertanyaan itu. Detak jantungku mengarahkanku untuk terdiam sekian
lama. Aku takut aku mempunyai perasaan berbeda kepadanya.
Sekian lama aku
merenung dangan khayalan kosong yang menemaniku. Aku pun terbangun ketika teman
temanku kembali menghampiriku. Waktu itu aku benar- benar lega. Tak lama
kemudian aku putuskan untuk mengakhiri acara itu, pada awalnya aku ingin
meninggalan tempat itu sendirian. Namun ternyata ia ikut denganku. Ia raih
payung dihadapanku, ia tuntun aku hingga mengakhiri tempat itu. Namun cuaca tak
semakin mendukungku, angin berhembus sangatlah kencang hingga merenggut payung
yang sedang ia pegang. Hujan pun turun begitu derasnya, namun aku tak menyangka
apa ia lakuakan. Ia melepaskan jaket hitamnya dan ia melindungiku dari derasnya
air hujan itu. Ia biarkan tetesan air hujan itu membasahi tubuhnya. Sungguh aku
tak menyangka. ia menuntunku dan melindungiku hingga aku meninggalkan tempat
itu .
Pada hari itu,
aku merasa bahwa dia bukan seperti sosok
yang selalu memakiku. Dia sungguh berbeda. Tatapan matanya, ucapannya dan
sikapnya sangatlah berbeda dengan sosok yang selama ini aku ketahui. Aku tak
tahu apa yang membuat ia menjadi seperti itu. Entahlah aku tak mau memikirkan
hal itu. Itulah masa laluku. Masa yang tak mungkin dengan mudah ku lupakan
dalam hidupku. Hari itu adalah awal terjalinya hubungan dekatku dengannya dan
sekaligus menjadi akhir pertemuanku dengannya.
Entah seperti
apa dirinya sekarang. Aku tak tahu apakah ia masih mengingatku dan mengingat
kejadian hari itu. Aku tak berharap apapun tentangnya. Itu hanyalaah masa
kelamku, masa yang tak akan pernah kulalui kembali dalam hidupku.
Puisi
Diposting oleh
Anisaambarwati25.blogspot.com
on Kamis, 05 September 2013
Penghianatan
Hatiku sakit
Jiwaku rapuh
Mendengarkan sebuah berita
Sebuah berita yang tak
pernah kuharapkan
Sosok yang ku percaya
Sosok yang ku banggakan
Perlahan merebut apa yang
ku inginkan
Merebut semua penantian
yang ku lakukan
Entah tak tahu
Apa yang harus ku lakukan
Apa yang harus ku katakan
Dan apa yang harus
kuharapkan
Luka ini begitu dalam
Duri itu begitu tajam
Kau hancurkan semua harapan
Kau biarkan kuterdiam dalam
penantian
Perasaanku mungkin tak
dapat dipaksakan
Hatiku mungkin tak dapat
diduakan
Namun apakah aku harus membiarkan
penantianku melayang
Apakah aku harus melepaskan
semua khayalan
Sungguh mimpiku kian kelam
Larut dalam kekecewaan
Tak tahu apa yang harus ku katakan
Mungkinkah semuanya akan
hilang
Cerpen
Diposting oleh
Anisaambarwati25.blogspot.com
on Selasa, 03 September 2013
Pagi yang Kunanti Berakhir dengan Tak Berarti
Besok pagi
adalah hari yang paling kunanti. Namaku Nabbila Tasya Ainda, teman temanku
sering memanggilku Bila. Aku adalah siswi dari salah satu SMA favorit di
daerahku. Malam ini adalah malam yang paling tak terlupakan. Janji yang kubuat
untuk esok hari adalah sebuah janji yang paling kunanti. Segera ku bergegas ke
tempat tidurku untuk mengakhiri malam ini. Dan menantikan hari esok yang kian
pasti.
Mataku mulai
terbuka dan merasakan nuansa sunyi di sisi kamarku. Pintuku pun mulai ku buka
seakan kumembuka lembaran baru. Entah kenapa bibirku tersenyum dengan
sendirinya, otakku mulai berangan tinggi, mungkin tak akan memebuatku kembali.
Kuteringat akan sebuah janji yang telah ku buat dengan seseorang. Mataku langsung
berbinar seolah ku memandang sebuah hari yang cerah.
Pagi ini tidak begitu cerah, namun hati ini
bersinar sangat cerah melebihi cahaya matahari yang tengah bersinar. Ku mulai
bergegas memulai hari. Rambutku pun kusiram dengan penuh harapan.
Tepat pada pukul
8.30 aku bertemu dengannya. Mataku terlihat aneh saat memendangnya. Dia bukan
seperti yang ku lihat saat ia kenakan baju putih abu abu. Dia terlihat lebih
dewasa dengan nuansa batik hitam yang ia
kenakan.
Mungkin ia
menyesal datang menemuiku. Tapi apa boleh buat waktu terlanjur berlalu. Dia
mengemudi tepat dibelakangku. Sebenarnya aku ingin terus tersenyum, tapi aku
malu aku takut saat ia melihatku. Jantungku terus berdebar, tapi untungnya
hanya aku yang tahu. Aku benar benar takut melihatnya, aku takut ketika ia
lontarkan suatu pertanyaan padaku. Aku bingung, aku tak bisa mengontrol detak
jantungku, aku jadi salah tingkah.
Ia terus
mengemudi di belakangku. Aku terus mencoba untuk mengalihkan sesuatu agar teman
didepanku tak curiga denganku.
Huh aku bingung
harus berbuat apa. Semoga ia tidak tahu bahwaku telah salah tingkah. Ia pun
memebuka helmnya. Kenapa mataku tak kunjung berhenti melihatnya? Tak sengaja ku
lihat sebuah rasa penyesalan diwajahnya. Sungguh aku benar benar merasa
bersalah padanya. Aku tahu dia benar benar menyesal hari itu.
Hari ini ku
benar benar memeperkenalkan diriku kepadanya. Aku buka sedikit rahasia yang
mungkin tak pernah ia ketahui tentangku. Aku tahu ia sebenarnya mendengar
ocehanku, tapi dia pura pura berpaling seolah ia tak mendengarku.
Moodku tiba tiba
berubah menjadi buruk. Ia memparkenalakn mantan pacarnya di hadapanku. Rasanya
ingin ku pukul wajahnya sekuat tenagaku. Tapi apa daya dia bukan siapa siapaku.
Ku hela nafasku sepanjang mungkin. Ku terdiam lama, sungguh sangat lama. Beberapa
waktu setelah itu. . .
Aku ingin
mencoba memanah ke suatu arahkan dengan penuh perasaan ku bayangkan dihadapanku
adalah wajah gadis itu. Dan. . ku
berhasil memanah tepat dilingkaran merah dengan sasaran hayalan wajah perempuan
itu. Ia menyusulku ia tunjukkan kemampuannya memanah dihadapanku dan tak ku hiraukan.
Ku beralih pada
sebuah permainan tes. Tapi kenapa hasil tesku sama dengannya. Sama persis,
sifat, kelakuan dan kebiasaanku sama dengannya. Beberapa waktu berselang ia telah
pergi beralih ke sebuah alat musik ia tunjukkan kemampuan lainnya . ia
memainkan banyak nada yang tak beraturan yang semakin membuatku bosan untuk
mendengarnya.
Ku kembali
memainkan sebuah anak panah, ku lemparkan panah itu sekuat tenagaku. Kuluapkan
seluruh emosiku kearah benda itu. Namun tak tepat sasaran, panah itu terjatuh tepat
dihadapannya. Dia memarahiku dan melarangku memainkan panah itu. Dia menyita
sasaranku. Namun aku tetap keras kepala kuambil benda itu dari atas
pangkuannya. Kumainkan untuk keduakalinya. Namun sifatnya sama denganku, ia tak
mau kalah dan tak mau mengalah ia kembali mangambil benda itu dan meletakkannya
di sisi kirinya. Aku pun samakin emosi langsung kulemparkan sebuah anak panah
ke sisi kirinya. Namun . . emosiku melukai tangannya. Tanpa sepengetahuanku
tangannya tiba tiba memegang benda itu dan panahku melesat keras keatas
tangannya. Aku bingung, ingin rasanya ku pegang tangannya dan ku obati lukanya. Namun nyaliku tak setinggi
anganku. Ku tak berani memegang tangannya. Ku biarkan darahnya menagalir dan ku
lemparinya dengan sehelai tissue. Sungguh sebenarnya aku bermaksud untuk mengusap
lukanya. Rasa takutku mengurungkan niatku. Ku biarkan dia bengusap lukanya
sendiri dan tak henti hentinya ku lontarkan kata maaf dari mulutku.
Puisiku
Kisah yang Terpendam
Nyanyian
lagu yang mendalam
Menggoreskan
rasa yang kian tak menghilang
Menembus
nuansa sunyi yang kini kurasakan
Menghilang
dengan bekas yang tak kan pernah hilang
Suara
yang terdengar di telinga
Tak
kian menghapuskan nada yang telah kau nyanyikan
Suaramu
selalu terdengar
Terdengar
meski ku menutupkan telinga
Lagu
yang kini kunyanyikan
Tak
kunjung mengalahkan apa yang selalu ku dengar
Nada
nada indah yang ku dengarkan
Tak
kunjung menghilangkan suara yang bernaung di benak
Indah
dunia yang telah ku lihat
Tak
pernah seindah apa yang terlihat di matamu
Tatapanmu
selalu membekas hingga menusuk hatiku yang terdalam
Menancap
dan tak akan pernah hilang
Senyum
yang pernah kau lontarkan
Terlukis
indah dalam ingatan
Terkubur
jauh dalam dada
Dan
sulit untuk ku hilangkan
Suara
hatiku selalu kudengarkan
Tak
henti hentinya terdengar namamu
Terus
terus terdengar
Hingga
sulit tuk di hentikan
Ingin
rasanya ku mencoba
Mencoba
tuk menghentikan waktu
Mengbiarkan
waktu terus berhenti
Menanti
dan tak kan pernah bergerak lagi
Membiarkan
kau terus menatapku
Membiarkan
mataku terus menatap matamu
Membiarkan
mataku tak berkedip
Hingga
ku puas melihat keindahan matamu
Namun
waktu tak kian berpihak kepadaku
Waktu
tak pernah membiarkanku terus bersamamu
Menemanimu,
disisimu
Hingga
nanti kau tak akan pernah tahu
Contoh Puisi Bebas
Ingatan Angan
Hentakan kaki
menggetarkan sebuah nada
Petikan gitar
yang menyosun sebuah memori
Gerakan tangan
yang menuaikan sebuah lagu
Megisahkan
seluruh isi hati
Nada nada yang
tercipta
Membukakan
sebuah lembaran yang indah
Lantunan suara
merdu
Membisik indah
dalam telinga
Nyanyian yang
tercipta
Menuaikan sebuah
kabar bahagia
Kisahku kian
terungkap
Terungkap dalam
sedalam lautan
Hatiku semakin
terbuka
Terbuka lebar
dan tak ada yang menghadang
Membuka sebuah
rahasia
Yang mungkin
sedikit menyakitkan
Mendengar sebuah
kisah
Yang telah lama
berlalu
Memperkenalakan
sebuah wajah baru
Wajah yang
mungkin lebih baik dariku
Nyanyianmu
Menggoreskan
sebuah luka di dalam hatiku
Melukiskan
sebuah amarah yang mendalam
Menusuk,
menancap dan tak mungkin terlepas
Tak tahu maksud
dari semua itu
Ku cuba tuk
lalui begitu saja
Namun langkahku
tetap berhenti
Tarhadang bila
teringat nyanyianmu